Kondisi masyarakat majemuk yang memiliki aneka ragam kebudayaan, merupakan salah satu faktor penghambat proses integrasi nasional. Mengapa demikian? Keanekaragaman kebudayaan di satu sisi memberikan kontribusi devisa negara jika ditinjau dari keunikan kebudayaan yang dikelola sebagai aset pariwisata, namun di sisi lain amat rentan, sehingga terjadilah konflik sosial. Hampir semua negara-negara yang penduduknya heterogen selalu akrab dengan konflik. India, Filipina, termasuk Indonesia, setiap saat mudah tersulut konflik sosial yang bernuansa SARA Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan. Adapun Jepang, salah satu negara maju di dunia yang berada di kawasan Asia, merupakan negara dengan penduduk yang kebudayaannya homogen, sehingga dalam banyak hal memudahkan proses perencanaan dalam menyusun kebijaksanaan, sebab tidak ada golongan tertentu yang merasa dirugikan atau rawan konflik sebagai akibat dari masyarakat yang multikultural seperti di Indonesia ini jauh telah lama dirasakan oleh para pejuang kemerdekaan bangsa. Itulah sebabnya pada tanggal 28 Oktober 1928 para pemuda Indonesia mengadakan Kongres Pemuda II dan menghasilkan suatu kesepakatan bersama dalam bentuk Sumpah Pemuda. Pernyataan tersebut tak lain bertujuan mulia yakni mewujudkan satu kesatuan bangsa Indonesia yang bulat dan utuh meskipun terdiri atas beraneka ragam suku dan budaya. Sejak awal para pejuang bangsa Indonesia menyadari bahwa kunci utama tercapainya kemerdekaan adalah persatuan. Sejarah membuktikan bahwa keberhasilan bangsa kolonial menguasai dan menjajah Indonesia dengan menerapkan politik adu domba devide et impera. Dengan memecah belah maka kekuatan sebesar apa pun bisa dilemahkan dan dihancurkan. Itulah yang pernah dialami bangsa Indonesia selama ratusan tahun. Demikan halnya dalam upaya mengatasi permasalahan yang berkaitan dengan keanekaragaman kebudayaan, kita perlu bercermin pada sejarah, yaitu mengedepankan persatuan untuk mengatasi berbagai permasalahan. Disorganisasi dan disintegrasi sebagai buah perubahan kebudayaan hanya dapat diatasi dengan mengupayakan persatuan. Untuk mencapai persatuan dalam kehidupan masyarakat yang majemuk dengan aneka ragam kebudayaan adalah dengan mengembangkan sikap toleransi dan sikap empati pada diri setiap warga. Toleransi adalah adanya sikap tenggang rasa yang bertujuan memberikan kebebasan orang lain untuk menjalankan haknya. Sikap toleransi sangat bertolak belakang dengan sikap etnosentrisme yang memandang rendah kebudayaan lain. Dengan memiliki sikap toleransi, menunjukkan luasnya pola pikir seseorang sekaligus menunjukkan pemahamannya mengenai kondisi alam semesta yang sangat beraneka ragam ini. Sikap toleransi merupakan landasan utama seseorang dalam membangun kehidupan yang penuh ketenangan di lingkungan masyarakat yang multikultural. Untuk dapat memiliki sikap toleransi diperlukan pengendalian diri, sehingga tingkat kearifan dan kebijaksanaan seseorang dalam memandang lingkungannya merupakan suatu sistem yang saling membutuhkan. Untuk mengembangkan sikap toleransi inilah para pendiri bangsa Indonesia menetapkan lambang negara Indonesia adalah Garuda Pancasila dengan motto "Bhinneka Tunggal Ika". Dengan memiliki sikap toleransi, maka keanekaragaman kebudayaan bukan lagi sebagai bentuk hambatan melainkan justru merupakan kekuatan potensial yang mendorong terwujudnya masyarakat adil dan makmur. Adapun sikap empati adalah suatu sikap yang menunjukkan turut merasakan apa yang dialami oleh orang lain, yaitu dengan mencoba menempatkan dirinya dalam kondisi orang lain. Pada hakikatnya sikap empati ditunjukkan dalam bentuk perasaan "senasib dan sepenanggungan". Dengan memiliki sikap empati, maka bukan sekedar toleransi yang ditunjukkan dalam kehidupan masyarakat majemuk ini, melainkan juga semangat kegotongroyongan atau kerja sama tanpa memandang perbedaan yang ada. Sikap empati bangsa Indonesia yang majemuk ini tampak pada sebagian dari masyarakat Indonesia yang tertimpa musibah/ bencana alam. Kedahsyatan tsunami yang meluluhlantakkan Aceh, serta gempa bumi yang memporakporandakan sebagian wilayah Jawa bagian selatan beberapa waktu yang lalu telah menggugah sikap empati masyarakat luas. Masyarakat membantu dengan memberikan bantuan, ada juga yang bergotong royong membangun kembali kawasan yang hancur akibat bencana alam, tanpa memerhatikan perbedaan yang ada. Semua bahu membahu dan merasa turut terpanggil untuk membantu meringankan beban penderitaan sesamanya. Bahkan dari mancanegara yang jelas-jelas bukan bagian dari Indonesia turut serta memberikan contoh kepada kita bahwa mereka bersikap empati terhadap apa yang dialami bangsa Indonesia itu.
Berikutini beberapa contoh rumah adat yang ada di Indonesia: Rumah Gadang (Sumatera Barat) Rumah Joglo (Jawa Timur, Jawa Tengah, Yogyakarta) Rumah Honai (Suku Dani, Papua) Rumah Bentang (Kalimantan Tengah) Rumah Lamin
› Opini›Ketangguhan Budaya Empati Krisis perubahan iklim menyebabkan nestapa. Penderitaan akibat bencana yang menghancurkan membuat sebagian warga menjadi pengungsi di negeri sendiri. Ia menguji daya tahan kita sebagai warga bangsa dan umat manusia. SALOMO TOBINGIdi Subandy Ibrahim Ketika kalender 2022 ditutup diganti lembaran tahun baru 2023, terbersit kenangan dan fajar harapan. Meski kenangan tak selalu indah bagi setiap orang. Namun cahaya harapan menjadi daya pemantik dalam meniti jembatan ke hari fajar harapan 2023 seperti diselimuti kabut ketidapastian. Beberapa kejadian di penghujung 2022 menyadarkan bahwa kita berpijak di bumi yang rapuh. Berbagai bencana seperti banjir, gempa bumi, longsor, gunung meletus menimpa beberapa daerah ketika kita baru menuruni puncak pandemi. Krisis perubahan iklim menyebabkan nestapa. Penderitaan akibat bencana yang menghancurkan membuat sebagian warga harus menjadi pengungsi di negeri sendiri. Ia menguji daya tahan kita sebagai warga bangsa dan umat manusia. Sementara itu, ancaman krisis ekonomi global dan PHK yang mengintai, disertai kekhawatiran atas luapan hasrat politik tak terkendali menyambut tahun politik 2023-2024, menjadi tantangan kohesivitas ditegaskan laporan Litbang Kompas yang menemukan ironi ketika pandemi menyergap, ikatan sosial makin menguat. Namun, kini tatkala pandemi meredup dan kehidupan masyarakat mulai berangsur normal, jurang keterbelahan sosial justru terbangun yang menciptakan kesenjangan kehidupan Kompas, 3/12/2022.Baca juga Buku dan Budaya BacaKemudian pernyataan Presiden Joko Widodo dalam beberapa kesempatan mengenai “kriteria” pemimpin yang ideal layak direnungkan. Presiden antara lain mengatakan, terdapat beragam persoalan seperti ketidakpastian setelah pandemi hingga kenaikan harga yang seharusnya lebih dahulu diselesaikan sebelum membicarakan urusan yang disampaikan Presiden menunjukkan pentingnya sense of crisis seorang pemimpin, yakni pemimpin yang berempati terhadap nasib rakyat kebanyakan. Hal tersebut sesungguhnya mengarahkan perhatian kita pada pentingnya kepekaan seorang pemimpin terhadap persoalan-persoalan nyata yang sedang dan akan dihadapi rakyat Indonesia ke tingkat tertentu, ancaman krisis ekologi dan krisis ekonomi memang mampu ditanggapi dengan berbagai kebijakan oleh pemerintah untuk meringankan beban warga-warga yang paling menderita. Seperti ketika gempa Cianjur, simpati berdatangan dari pejabat setelah kunjungan langsung Presiden Joko Widodo ke lokasi yang mendapatkan liputan luas di satu sisi, kehadiran sejumlah pejabat di lokasi bencana karena kedekatan lokasi berpadu dengan kedekatan emosi. Sementara tak setiap daerah yang terkena bencana bisa dikunjungi sedemikian banyak pejabat. Di sisi lain, berbagai aksi solidaritas yang ditunjukkan warga baik di dunia nyata maupun di dunia maya pasca-gempa Cianjur menunjukkan ketangguhan budaya empati ternyata tetap hidup dalam masyarakat. Dalam keadaan sulit, rupanya kepedulian masyarakat terhadap penderitaan orang lain menguat. Kerelaan untuk berkorban seperti menemukan momentum tetapi, di tengah upaya mempertahankan budaya empati kita juga menyaksikan laku budaya sebagian elite yang seperti tidak mampu mengendalikan libido kuasa tak terkekang. Hasrat untuk berkuasa dan mengumpulkan kapital dengan cara-cara yang mungkin mengingkari hukum dianggap sebagai tindakan yang manusiawi. Sikap permisif terhadap korupsi, manipulasi, dan komersialisasi jabatan adalah contoh yang akan membunuh bibit-bibit kepemimpinan juga Universitas Massa Era DisrupsiKepemimpinan empatik sejatinya tumbuh dalam masyarakat kolektivis seperti Indonesia. Jika masyarakat individualistis sering digambarkan sebagai lebih “idiosentris” yakni menekankan persaingan, kepercayaan diri, dan kebebasan. Sedangkan masyarakat kolektivis cenderung lebih “allosentris” yakni menekankan tanggung jawab komunitas, kegunaan sosial, dan penghargaan atas kewenangan. Meski kenyataan sejarah tidak selalu mendukung kecenderungan kekayaan budaya dan aneka suku bangsa yang dimiliki negeri ini, sejatinya muncul pemimpin yang memiliki kecerdasan budaya empati untuk menyelami keragaman persoalan yang dihadapi tiap-tiap daerah. Dengan kecerdasan itu, lahir kebijakan yang mampu mengubah cita-cita kolektif menjadi kenyataan keadilan dan kesejahteraan yang pernah dijelaskan oleh Cornel West 1999 seorang pengkaji motivasi empati, “Empati bukan hanya masalah mencoba membayangkan apa yang orang lain alami, tetapi memiliki kemauan untuk mengumpulkan keberanian yang cukup untuk melakukan sesuatu.” Di satu sisi, empati didasarkan pada harapan. Di sisi lain, ada keberanian untuk mewujudkan harapan itu dalam kebijakan dan empati menumbuhkan sikap moral untuk peduli. Sikap yang menumbuhkan kepedulian yang tulus terhadap kesejahteraan bersama. Saat kita berempati dengan orang lain, kita berusaha melampaui sekadar berpikir dan merasakan seperti yang mereka rasakan. Kita menjadi benar-benar peduli dengan kesejahteraan orang-orang yang kurang dua tahun berusaha keluar dari kepungan Covid-19, kita menyadari bahwa penderitaan itu nyata, karena itu harapan kemanusiaan itu pun nyata! Kita juga makin menyadari, dalam situasi-situasi sulit masyarakat membutuhkan dukungan. Kepedulian dan kepekaan akan penderitaan bisa mengaktifkan imajinasi empati kita dalam dunia global yang kian terhubung secara digital dan secara kita hidup di dunia global yang sangat terhubung secara digital. Semakin kehidupan terdigitalkan semakin kita membutuhkan ketahanan budaya empati. Kemajuan digital dapat membantu kita memperluas cakrawala empati kemanusiaan kita. Tetapi kemajuan digital dapat juga mempersempit cakrawala dan empati kita ketika ia menjadi mesin disinformasi dan dunia yang kian gaduh, kita perlu mempertajam rasa empati untuk melembutkan hati kita agar kita melampaui kepentingan diri kita yang terbatas. Dalam bukunya Inclusive Cultural Empathy, Paul B Pedersen dan kawan-kawan menulis bahwa dengan empati kita mengeksplorasi dan menemukan suara-suara batin yang mengajari bagaimana kita memanfaatkannya untuk menemukan keseimbangan Subandy IbrahimPeneliti Budaya, Media, dan Komunikasi EditorMOHAMMAD HILMI FAIQVideoini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Konseling Multi Budaya yang diampu oleh Prof. Dr. Andi Mappiare A.T., M.Pd. tentang pembahasan.1. Sikap pek
Kita – Pada pagi ini kami akan membahas tentang Sikap Toleransi dan Empati Sosial Terhadap Keberagaman Budaya. Salah satu penghambat dari terbentuknya integrasi nasional adalah karena masyarakat yang mempunyai budaya beraneka ragam, selain menimbulkan berbagai masalah keberagaman budaya seperti terjadinya konflik sosial, culutral lag dan masih banyak lagi. Walaupun begitu, keberagaman juga mempunyai dampak positif yang sangat banyak salah satunya adalah sebagai salah satu penarik wisatawan agar datang ke Indonesia sehingga akan memberikan kontribusi devisa bagi suatu negara. Selain itu juga akan menambah lapangan pekerjaan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di dekat tempat wisata. Baca lebih lanjut tentang 10 Manfaat Keberagaman Budaya di Indonesia Budaya yang jumlahnya sangat banyak di Indonesia ini harus dilestarikan, jangan sampai budaya warisan leluhur tersebut hilang tenggelam oleh zaman. Jangan sampai juga budaya yang kita miliki diakui oleh negara-negara lain. Sebagai bangsa Indonesia kita harus mengedepankan persamaan-persamaan yang ada, bukan mempertajam perbedaan yang pada akhirnya dapat membuat perpecahan atau konflik. Kita harus bersatu dengan budaya yang kita miliki, kita tujukan kepada dunia bahwa Indonesia adalah negara yang kaya dengan budaya dan menjadi salah satu destinasi wisata favorit di dunia. Salah satu kunci kemenangan bangsa kita melawan penjajah adalah adanya persatuan, Indonesia merdeka berkat adanya tokoh-tokoh pahlawan yang mempersatukan seluruh rakyat Indonesia. Dari pengalaman sejarah, sudah membuktikan bahwa persatuan itu sangat penting. Untuk mencapai persatuan dalam kehidupan masyarakat yang majemuk dan memiliki budaya yang sangat banyak dan beraneka ragam maka diperlukan skap toleransi dan dikap empati pada setiap warga negara. Apa sih yang dimaksud dengan sikap toleransi dan sikap empati? Berikut penjelasannya 1. Sikap Toleransi Sosial Terhadap Keberagaman Budaya Definisi dari sikap toleransi adalah suatu sikap tenggang rasa yang mempunyai tujuan untuk memberikan kebebasan orang lain guna menjalankan hak yang dimilikinya. Sikap toleransi yaitu landasan utama seseorang dalam membangun kehidupan yang penuh ketenangan di lingkungan masyarakat yang multikultural. 2. Sikap Empati Sosial Terhadap Keberagaman Budaya Definisi dari sikap empati yaitu suatu sikap yang menunjukan turut merasakan apa yang dialami oleh orang lain, yaitu dengan mencoba menempatkan dirinya dalam kondisi orang lain. Kunci untuk memahami perasaan orang lain adalah mamp membaca pesan non verbal, nada bicara, ekspresi wajah dan masih banyak lagi. Menurut Golmen, terdapat 3 karakteristik kemampuan empati yaitu sebagai berikut a. Dapat menerima sudut pandang orang lain b. Mempunyai kepekaan terhadap perasaan orang lain c. Mampu mendengarkan orang lain Berikut ini adalah faktor yang mempengaruhi proses empati seseorang a. Sosialisasi b. Perkembangan kognitif c. Mood dan feeling d. Situasi dan tempat e. Komunikasi Kemampuan empati dapat dilatih atau diasah, ada beberapa cara yang bisa anda lakukan untuk meningkatkan kemampuan empati yaitu sebagai berikut a. Rekam semua emosi pribadi b. Perhatikan lingkungan luar orang lain c. Dengarkan curhatnya orang lain d. Bayangkan apa yang sedang dirasakan orang lain dan akibatnya untuk diri kita e. Melakukan bantuan secepatnya Ada beberapa manfaat yang bisa kita dapatkan apabila kita mempunyai rasa empati yang sangat baik yaitu a. Rasa egois hilang b. Tidak sombong c. Mengembangkan kemampuan evaluasi dan kontrol diri1 Sikap keragaman suku bangsa dan budaya C. Indikator 1. Menjelaskan sikap terhadap keragaman suku bangsa dan budaya D. Tujuan Pembelajaran 8. Siswa dapat memahami sikap terhadap keragaman suku bangsa dan budaya 9. Siswa dapat memberikan contoh dan menerapkan sikap menerima keragaman suku bangsa dan budaya E. Materi Standar Selamat datang di blog saat ini anda sedang membaca artikel tentang Sikap Toleransi Dan Empati Sosial Terhadap Keberagaman Budaya dapat Anda temukan pada TeknologiSikap Toleransi Dan Empati Sosial Terhadap Keberagaman Budaya – Indonesia adalah negara terpadat keempat di dunia. Jumlah penduduk Indonesia diperkirakan sekitar 270 juta jiwa, selain jumlah penduduk yang besar, Indonesia juga dikenal dengan banyak suku dan budaya. Karena banyaknya orang India yang berbeda asal, diperlukan rasa toleransi agar tidak terjadi konflik dan permusuhan. Berikut 3 cara mengatasi masalah dengan sabar di Indonesia. Merujuk pada buku Mengajarkan Toleransi Berbasis Kecerdasan Lokal karya Muhammad Japar, Seifah Syarifa dan Dini Noor Fadhill 202015, toleransi berasal dari bahasa latin tolerantia yang berarti kebebasan, kelembutan, kelembutan dan kesabaran. Jadi, pengertian kesabaran adalah kemampuan seseorang untuk memperlakukan seseorang atau sesuatu dengan suka cita atau kesabaran. Peran Pancasila Dalam Keberagaman Bangsa Dengan menghormati hak asasi manusia, Anda dapat menjalankan hak dan kebebasan Anda, karena arti dari toleransi adalah menghormati, mengizinkan, mengizinkan pandangan, pendapat, kepercayaan, praktik, perilaku, dll lain atau yang bertentangan dengan pandangan Anda. Semangat toleransi diperlukan untuk menyelesaikan perbedaan yang ada di Indonesia. Berikut adalah 3 cara untuk menyelesaikan perbedaan secara toleran. Tidak bisa dipungkiri, dalam keseharian kita selalu bertemu dengan orang yang berbeda. Sebagai orang sosial, kita tidak bisa mengabaikan orang lain yang berbeda dari kita. Memahami dan merangkul keragaman adalah cara yang tepat untuk berinteraksi dengan orang lain yang berbeda dari kita. Indonesia adalah negara demokrasi yang mendukung dialog demi konsensus. Harus ada banyak ide untuk menyelesaikan suatu masalah. Kita tidak boleh menyangkal atau memaksa kehendak manusia. Dengan menghargai pendapat orang lain, masalah akan segera terselesaikan dan tidak ada lagi pembicaraan rahasia setelah pembicaraan selesai. Sri Mulyani Hadir Di Ui Bahas Keberagaman Universitas Indonesia Sikap peduli dan welas asih dapat mengembangkan kesabaran. Ketika seseorang dalam kesulitan, kita harus merasakan sakitnya dan membantu mereka. Dengan saling peduli dan saling membantu, tidak akan ada kekurangan warga negara Indonesia akibat bencana tersebut. Toleransi berarti menghargai orang lain dan belajar dari orang lain, menghormati perbedaan, menjembatani perbedaan budaya, menolak prasangka untuk mencapai akal sehat. . Toleransi sosial, budaya dan agama mengacu pada sikap dan tindakan yang mencegah diskriminasi terhadap kelompok yang berbeda. Kesabaran adalah kekuatan pemersatu yang kehadirannya tidak dapat disangkal, kekuatan spiritual yang tidak dapat diabaikan, karena perbedaan merangkul perbedaan sebagai pemersatu keragaman. Perdamaian adalah harapan yang harus diperjuangkan oleh seluruh warga negara Indonesia. Kesabaran adalah pilar kedamaian yang membutuhkan tahapan. Langkah dasar dalam komunikasi. Keberhasilan komunikasi dapat dijadikan sebagai faktor yang menentukan terciptanya ketentraman dan keharmonisan dalam sistem hubungan antar anggota masyarakat. Hal ini terlihat dari kekuatan komunikasi antar anggota masyarakat. Misalnya, anggota komunitas dapat berbicara dan mengirimkan pemikiran atau gagasan sebagai bagian dari anggota komunitas. Dengan demikian, akan memberikan kesempatan bagi perwakilan masyarakat untuk berpartisipasi langsung dalam pembangunan masyarakat di berbagai daerah. Komunikasi yang efektif dengan menggunakan bahasa yang santun dapat membantu memecahkan masalah yang dihadapi suatu komunitas. Isu-isu ini akan dibahas, diperdebatkan dan ditangani dengan hati-hati. Dengan adanya saluran komunikasi yang efektif, maka permasalahan yang dihadapi berpeluang untuk menghilangkan perbedaan antar anggota masyarakat, terutama dalam komunitas yang berbeda, baik dalam masalah sosial, budaya maupun ekonomi. Oleh karena itu, saluran komunikasi yang efektif adalah hal utama yang diperlukan untuk menciptakan masyarakat yang damai yang mengarah pada kehidupan yang harmonis. Tujuan pendidikan manusia di Indonesia adalah mewujudkan masyarakat yang tangguh, terdidik, berdisiplin dan toleran. Toleransi timbal balik yang mereka bicarakan menciptakan harmoni. Empati adalah kemampuan merasakan keadaan emosi orang lain, bersimpati dan mencoba menyelesaikan masalah, memahami sudut pandang orang lain, contoh kasih sayang. Berbaik hatilah kepada orang miskin, jangan berbicara buruk tentang mereka, pertahankan tindakan Anda sendiri, berbaik hatilah terhadap tindakan mereka dan bantu apa yang Anda bisa. Sikap Toleransi Dan Empati Pada Masyarakat Yang Beragam Budaya Disintegrasi masyarakat adalah suatu keadaan dimana tidak ada persatuan, dan lenyapnya masyarakat atau persatuan masyarakat akan menimbulkan perpecahan. 1. Belanda mengakui Republik Indonesia dengan yurisdiksi atas Sumatera, Jawa dan Madura. 2. Belanda harus meninggalkan wilayah de facto paling lambat 1 Januari 1949. 3. Republik Indonesia dan Belanda akan bekerja sama membentuk negara Indonesia… Pengertian disosiasi adalah pola perilaku setiap orang dan kelompok yang hidup dalam keadaan galau, alasannya mungkin jenis perubahan sosial yang terus terjadi di semua bidang kehidupan, sehingga masyarakat terus lepas kendali untuk memenuhi kebutuhannya. tujuan. aktivitas Kita patut berbangga bahwa Indonesia adalah negara yang sangat majemuk dimana terdapat berbagai ras, suku, ras dan agama di Indonesia. Namun karena perbedaan tersebut, sulit bagi setiap golongan dan masyarakat di Indonesia untuk merasa puas… Buku Pedoman Guru Descargo de tanggung jawab Podcast dan karya seni yang dipublikasikan di halaman ini dimiliki oleh OP GAMING, yang merupakan milik pemiliknya dan tidak berafiliasi dengan Listen Notes, Inc. dan tidak disetujui olehnya. API podcast terbaik untuk menemukan semua podcast dan episode. 5200 perusahaan dan produsen mempercayainya. Coba API Podcast Apa itu Skor Dengarkan? Skor Dengarkan LS adalah metrik yang menunjukkan perkiraan popularitas podcast ini dibandingkan dengan podcast publik berbasis RSS di seluruh dunia dari 0 hingga 100. Semakin tinggi angkanya, semakin populer. Dihitung berdasarkan data orang pertama dan ketiga. Ini diperbarui setiap bulan. Apa itu peringkat global? Podcast ini adalah salah satu program terpopuler dari podcast di seluruh dunia, berdasarkan peringkat pendengar perkiraan popularitas. budaya di antara budaya lain yang sama-sama bertahan. Sekolah Sebagai Ruang Menanamkan Nilai Nilai Toleransi Sederhananya, toleransi dapat ditingkatkan dengan memahami sudut pandang yang berbeda. Perbedaan pendapat budaya tentang sesuatu, jika tidak diselesaikan dengan bijak, dapat menimbulkan konflik. Sedangkan konsep empati sosial adalah kemampuan seseorang atau kelompok sosial untuk merasakan apa yang orang lain rasakan. Budaya orang lain menjadi dasar emosional dari semua hubungan yang ada. Empati berpotensi mengubah perbedaan menjadi pengertian dan pengertian yang lebih dalam. Dikutip dari Sosiologi Kajian Fenomena Sosial di Masyarakat oleh Bajaj Valuy, toleransi dan empati masyarakat terhadap keragaman dan perubahan budaya dapat dilihat pada perilaku di bawah ini. Toleransi Antar Warga Sekolah Di Sman 1 Mataram Saling percaya dapat menjadi kekuatan untuk mewujudkan komunitas warga untuk menciptakan kehidupan yang demokratis dengan toleransi, persatuan, kepercayaan dan organisasi sosial bersama di antara warga. SARA adalah seperangkat sikap dan tindakan yang beragam berdasarkan konsep identitas tentang ras, agama, suku, dan status. Segala tindakan yang mengandung unsur kekerasan, diskriminasi, dan pelecehan berdasarkan perilaku dan keadaan dapat disebut sebagai tindakan SARA. Anti-SARA adalah gerakan terorganisir untuk melawan tantangan SARA dalam berbagai bentuknya, termasuk sistem dan kebijakan diskriminasi dan sikap anti-SARA yang secara tidak sadar ditanamkan pada setiap anggota masyarakat sejak kecil. Perilaku Yang Sesuai Terhadap Keberagaman Budaya Di Indonesia Padahal Gerakan Menentang SARA adalah sekelompok orang yang terikat baik pada institusi maupun pada masyarakat, yang pandangan dan perilakunya selalu dilandasi dengan penuh toleransi dan kasih sayang sosial yang tinggi dalam menyikapi perbedaan, bahkan terkait identitas, seperti ras, agama, etnis dan kelas. Mereka selalu berusaha untuk menghilangkan apapun yang berbau SARA, terbukti dengan kemampuan mereka berkolaborasi dengan semua lapisan masyarakat di berbagai lapisan masyarakat. Anti-SARA Indonesia adalah organisasi independen yang berjuang untuk menciptakan sistem sosial yang mendukung keadilan sosial dan persamaan hak bagi semua orang. Toleransi adalah membiarkan orang lain memiliki pendapat yang berbeda, melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan kita, tanpa mengganggu atau menakut-nakuti kita. Empati adalah sikap yang tulus ingin mendengar pikiran dan perasaan orang lain. Sikap toleransi dan welas asih seperti itu sangat penting dikembangkan dalam kehidupan masyarakat multietnis Indonesia. Melalui pengembangan toleransi dan empati sosial, permasalahan yang berkaitan dengan perbedaan sosial dan budaya dapat diselesaikan sehingga tidak menimbulkan konflik sosial yang dapat mengancam keruntuhan negara. Semangat persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia telah terpelihara dengan baik sejak zaman Kerajaan Majapahit. Oleh karena itu, toleransi tidak boleh berakhir karena perbedaan ras, suku, bahasa, agama, budaya, atau kelompok politik. Karena sebagai bangsa yang Bhinneka Tunggal Ika, kita tidak sepantasnya nasionalisme, kebenaran, chauvinisme, primalisme atau anarkisme dalam kehidupan masyarakat. Karena sikap dan perilaku tersebut bertentangan dengan nilai-nilai baik budaya dan identitas masyarakat Indonesia yaitu kekeluargaan, persahabatan, tolong menolong, dll. Oleh karena itu, kita harus menjadi warga negara yang menjadi bagian penting dari masyarakat Indonesia. Untuk itu perlu dikembangkan sikap dan perilaku yang berlandaskan pada konsep demokrasi, toleransi, kasih sayang, solidaritas, gotong royong dan silaturahmi. Dengan demikian, kita akan dapat melestarikan dan mendukung kehidupan sosial berdasarkan nilai-nilai tradisional negara. Permendiknas 35 Th 2010 Pages 201 250 Sebagai makhluk individu, orang memiliki hak dan tanggung jawab mendasar untuk menjalani kehidupan mandiri mereka dengan kemampuan terbaik mereka. Namun, orang tidak bisa hidup mandiri, tetapi membutuhkan bantuan orang lain. Keberadaan seseorang memiliki tujuan selama ia mampu hidup bersama dalam kemitraan dengan orang lain dalam masyarakat. Cara-cara menerima dan menghormati orang lain atau ras yang berbeda budaya dapat dilakukan sebagai berikut Ini adalah salah satu cara kita juga dapat menunjukkan toleransi kita terhadap keragaman budaya di tidak serta merta tercapai, namun diperlukan tindakan yang berkesinambungan baik dalam proses pembelajaran di sekolah maupun di masyarakat, agar kerukunan dan keharmonisan masyarakat dapat terwujud. kehidupan. itu bisa tumbuh dan berkembang. Salah satu alat utama untuk memperkuat perdamaian adalah pendidikan. Sebaliknya, jika tidak ada kedamaian, kesejahteraan sosial di bidang ekonomi dan politik juga tidak akan tercapai. Artinya, konsep toleransi, kerukunan dan kerja sama sosial antar bangsa merupakan dasar bahkan landasan utama perdamaian. Masyarakat Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang ramah, toleran, Download Soal Antropologi Kelas Xi Bahasan Semester Ganjil Dan Kunci Jawabannya Penyebab keberagaman suku bangsa dan budaya di indonesia, ilmu sosial dan budaya dasar, pengertian sosial dan budaya, dampak positif dan negatif sosial budaya, mata kuliah ilmu sosial dan budaya dasar, sikap kritis terhadap pengaruh perubahan sosial budaya, ilmu sosial dan budaya dasar pdf, buku ilmu sosial dan budaya dasar, keberagaman suku dan budaya di indonesia, jelaskan penyebab keberagaman suku bangsa dan budaya di indonesia, perbedaan sosial dan budaya, keberagaman sosial dan budaya indonesia Terima kasih sudah membaca artikel kami Sikap Toleransi Dan Empati Sosial Terhadap Keberagaman Budaya dan terima kasih sudah berkunjung di blog kami. PROBLEMATIKAKERAGAMAN BUDAYA DI INDONESIA DAN SOLUSINYA. Indonesia adalah Negara yang memiliki sangat banyak Ragam Budaya, Contohnya Budaya yang ada di Jawa, Budaya Sunda, dan Budaya dari daerah lainnya di Negara Indonesia.Pengertian dari Budaya sendiri dari bahasa sansekerta, Buddhayah yang berarti segala sesuatu yang berhubungan Berikut ini akan dijelaskan tentang keragaman budaya, sikap menghargai keberagaman, contoh sikap empati, contoh toleransi, sikap toleransi, sikap empati, keragaman suku bangsa, keberagaman budaya, apa hubungan persatuan dan keberagaman, sebaran keragaman budaya nasional, masalah keberagaman budaya, bagaimana menyikapi keragaman sosial di suatu wilayah, keragaman budaya indonesia, keberagaman budaya indonesia, keberagaman budaya di indonesia, toleransi, toleransi beragama, toleransi antar umat beragama, toleransi budaya, sikap toleransi dalam kehidupan sehari hari, apa hubungan persatuan dan keberagaman, bertoleransi dalam keberagaman, integrasi sosial, masyarakat majemuk, masyarakat multikultural. Sejak awal kemerdekaan bangsa Indonesia, para pendiri negara telah menyadari akan arti pentingnya pengembangan kerangka nilai atau etos budaya yang dapat mempersatukan masyarakat Indonesia yang bersifat majemuk. Kesadaran tersebut dituangkan dalam UUD 1945, Pasal 32 yang berbunyi,”pemerintah memajukan kebudayaan nasional Indonesia”. Hal tersebut diperkuat dalam penjelasan UUD 1945, ”Kebudayaan bangsa ialah kebudayaan yang timbul sebagai buah usaha budinya rakyat Indonesia seluruhnya. Kebudayaan-kebudayaan lama dan asli yang terdapat sebagai puncak-puncak di daerah di seluruh Indonesia, terhitung sebagai kebudayaan bangsa. Usaha kebudayaan harus menuju ke arah kemajuan adab, budaya, dan persatuan dengan tidak menolak bahan-bahan baru dari kebudayaan asing yang dapat memperkembangkan atau memperkaya kebudayaan bangsa sendiri serta mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa Indonesia.” Kenyataan bahwa masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang terdiri atas kelompok-kelompok suku, agama, daerah, dan ras yang beraneka ragam. Hal ini merupakan ciri khas masyarakat Indonesia sehingga Indonesia disebut sebagai masyarakat majemuk. Pada beberapa kelompok adat yang ketat, membedakan antarwarga dengan bukan warga. Kehadiran orang asing dilalui dengan mengadakan upacara adopsi untuk mempermudah perlakuan, kecuali kalau yang bersangkutan akan tetap diperlakukan sebagai orang luar atau musuh. Hal tersebut tercermin dalam upacara penyambutan pejabat di daerah Tapanuli di masa lampau. Para tamu tersebut biasanya disambut dengan upacara adat yang memperjelas kedudukannya dalam struktur sosial masyarakat Batak yang terikat dalam hubungan perkawinan tiga marga dalihan na tolu. Pada adat perang suku Dani di pegunungan Jayawijaya, di luar kelompok kerabat patrilineal, hubungan kekerabatan berasal dari kelompok sosial yang sangat kuat sehingga untuk mempermudah perlakuan terhadap orang asing maka upacara kelahiran kembali biasanya dilakukan terhadap tamu asing yang dihormati. Selain itu, di masa lampau, untuk mensahkan kewenangan Gubernur Jenderal van Imhoff sebagai wakil ratu, Belanda mengundang raja Jawa sebagai penguasa tertinggi di Mataram. Beliau diberi gelar sebagai Kanjeng Eyang Paduka Tuan Gubernur Jenderal untuk menunjukkan senioritas dalam struktur sosial. Pengembangan Sikap Toleransi dan Empati Sosial terhadap Keberagaman Budaya di Indonesia Untuk memelihara kesetiakawanan sosial maka suatu kelompok suku bangsa biasanya mengembangkan simbol-simbol yang mudah dikenal, seperti bahasa, adat istiadat, dan agama. Setiap suku bangsa tersebut merasa bahwa mereka memiliki simbol-simbol tertentu. Simbol ini diyakini perbedaannya dengan simbol-simbol suku bangsa lainnya dan berfungsi sebagai media untuk memperkuat kesetiakawanan sosial mereka. Di Indonesia terdapat suku bangsa dan golongan sosial yang terlibat dalam interaksi lintas budaya secara serasi sehingga melahirkan suku-suku bangsa baru. Ini merupakan hasil amalgamasi atau asimilasi budaya. Salah satu bentuk amalgamasi budaya yang melahirkan suku bangsa baru adalah yang terjadi di Batavia. Penduduk Batavia yang berdatangan dari berbagai tempat dengan memiliki keanekaragaman latar belakang kebudayaan tersebut berhasil dipersatukan dalam kebudayaan Betawi yang dipimpin oleh Muhammad Husni Thamrin pada tahun 1923. Selanjutnya, setiap kelompok suku bangsa maupun golongan yang ada menanggalkan simbol-simbol kesukuan mereka dan mengembangkan simbol-simbol kesukuan baru serta memilih agama Islam sebagai media sosial yang memperkuat kesetiakawanan sosial. 1. Proses Integrasi Budaya Pada masa pendudukan Jepang juga terjadi proses integrasi budaya di Indonesia. Jepang yang berusaha meraih simpati dari rakyat Indonesia, dengan mensahkan penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi maupun dalam pergaulan sosial sehari-hari. Pengaruh kebijakan tersebut sangat besar dalam pengembangan budaya kesetaraan pada masyarakat Indonesia. Keputusan Jepang untuk memberlakukan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi tersebut bukan hanya mengukuhkan media sosial yang diperlukan melainkan juga mematahkan salah satu lambang arogansi sosial, yaitu pemakaian bahasa Belanda pada masa penjajahan Belanda. Jasa lain penjajah Jepang yang tidak boleh diabaikan adalah pembentukan organisasi rukun tetangga RT sebagai organisasi sosial di tingkat lokal. Tujuannya untuk mempersatukan segenap warga masyarakat tanpa memandang asal usul kesukuan, golongan, dan latar belakang kebudayaan. Konsep ketetanggaan tersebut akan memainkan peranan penting dalam menciptakan wadah sosial yang dapat menjamin kebutuhan akan rasa aman warga, bebas dari kecurigaan, dan prasangka etnik, ras, dan golongan. 2. Sikap Toleransi dan Empati terhadap Keberagaman Budaya Agar menghindarkan kecenderungan dominasi suatu suku bangsa terhadap suku bangsa lainnya maka harus ditingkatkan rasa toleransi dan empati terhadap keberagaman Indonesia. Misalnya, proyek pencetakan sejuta hektar sawah lahan gambut yang telah dibatalkan. Apabila proyek ini dilaksanakan dapat menjurus ke arah dominasi kebudayaan petani sawah dari Jawa yang dipaksakan kepada suku Dayak dan kebudayaannya yang dianggap kurang sesuai dengan arus pembangunan. 3. Penerapan Pendekatan Multikultural Pengembangan model pendidikan yang menggunakan pendekatan multikultural sangat diperlukan untuk menanamkan nilainilai pluralitas bangsa. Sikap simpati, toleransi, dan empati akan tertanam kuat melalui pendidikan multikultural. Masyarakat menyadari akan adanya perbedaan budaya dan memupuk penghayatan nilai-nilai kebersamaan sebagai dasar dan pandangan hidup bersama. Melalui pendidikan multikultural, sejak dini anak didik ditanamkan untuk menghargai berbagai perbedaan budaya, seperti etnik, ras, dan suku dalam masyarakat. Keserasian sosial dan kerukunan pada dasarnya adalah sebuah mozaik yang tersusun dari keberagaman budaya dalam masyarakat. Melalui pendidikan multikultural, seorang anak dididik untuk bersikap toleransi dan empati terhadap berbagai perbedaan di dalam masyarakat. Kesadaran akan kemajemukan budaya dan kesediaan untuk bertoleransi dan berempati terhadap perbedaan budaya merupakan kunci untuk membangun kehidupan berbangsa dan bernegara. Penerapan sikap toleransi dan empati sosial yang dilakukan oleh individu dalam masyarakat akan mencegah terjadinya berbagai konflik sosial yang merugikan berbagai pihak. Dampakpositif. - Memiliki rasa bangga serta rasa memiliki terhadap kebudayaan Indonesia. - Terdapat rasa toleransi antar masyarakat. - Sebagai identitas bangsa dan daya tarik wisata. Dampak negatif. Dampak negatif dari keberagaman budaya di Indonesia muncul karena adanya konflik yang memicu disintegrasi bangsa.
K. Pengembangan Sikap Toleransi dan Empati Sosial Terhadap Keberagaman Budaya di IndonesiaTelah diketahui bersama bahwa para pendiri Indonesia sejak awal telah menyadari keberagaman budaya sehingga penting untuk mengembangkan kerangka nilai atau etos budaya sehingga mampu mempersatukan masyarakat Indonesia dalam kerangka kehidupan berbangsa dan bernegara. Kesadaran itu dituangkan dalam UUD 1945, pasal 32 yang berbunyi Pemerintah memajukan kebudayaan nasional Indonesia. Hal ini diperkuat lagi dalam butir penjelasannya yang menyebutkan bahwa"Kebudayaan bangsa ialah kebudayaan yang timbul sebagai buah usaha budi rakyat Indonesia seluruhnya. Kebudayaan-kebudayaan lama dan asli yang terdapat sebagai puncak-puncak kebudayaan di daerah- daerah di seluruh Indonesia, terhitung sebagai kebudayaan bangsa. Usaha kebudayaan harus menuju ke arah kemajuan adab, budaya dan persatuan dengan tidak menolak bahan-bahan baru dari kebudayaan asing yang dapat mengembangkan atau memperkaya kebudayaan bangsa sendiri serta mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa Indonesia".Berdasarkan penjelasan tersebut, nyatalah bahwa perkembangan kebudayaan bangsa yang hendak dimajukan itu tidak mungkin dibiarkan terselenggara tanpa memperhatikan keberagaman masyarakat dengan segala kebutuhan yang timbul dalam proses perkembangan masyarakat bangsa. Kita harus bersedia menerima kelompok lain secara sama sebagai kesatuan, tanpa mempedulikan perbedaan suku bangsa, agama, budaya, gender, bahasa, kebiasaan, ataupun kedaerahan. Adanya kesetaraanSumber Indonesian Heritage 8dalam derajat kemanusiaan yang saling Gambar Sikap toleransi dan menghormati, diatur oleh hukum yang adilsimpati perlu dikembangkandan beradab yang mendorong kemajuan dan terhadap keberagaman budaya menjamin kesejahteraan hidup warganya. supaya tercipta keharmonisan dalamkehidupan berbangsa dan bernegaraKesamaan dan Keanekaragaman BudayaKesetaraan dalam derajat kemanusiaan hanya mungkin terwujud dalam praktik nyata dengan adanya pranata sosial, terutama pranata hukum yang merupakan mekanisme kontrol secara ketat dan adil dalam mendukung dan mendorong terwujudnya prinsip demokrasi dalam kehidupan nyata. Masyarakat Indonesia harus memiliki toleransi terhadap perbedaan dalam bentuk apapun. Diskriminasi sosial, politik, budaya, pendidikan dan ekonomi secara bertahap harus dihilangkan untuk menegakkan demokrasi demi kesejajaran dalam kesederajatan kemanusiaan sebagai bangsa banyak komunitas adat yang ketat membedakan antarwarga dengan bukan warga, kehadiran orang asing itu terpaksa dilalui dengan upacara adopsi untuk mempermudah perlakuan, kecuali kalau yang bersangkutan akan tetap diperlakukan sebagai orang luar atau hendak diperlakukan sebagai musuh. Hal ini tercermin antara lain dalam upacara penyambutan pejabat dari pusat di daerah Tapanuli di masa lampau. Para tamu itu biasanya disambut dengan upacara yang memperjelas kedudukannya dalam struktur sosial masyarakat Batak yang terikat dalam hubungan perkawinan tiga marga dalihan na tolu. Pada komunitas perang Dani di pegunungan Jayawijaya, di luar kelompok kerabat patrilineal, hubungan periparan antarmereka berasal dari kelompok sosial yang berlainan sangat kuat, karena itu untuk mempermudah perlakuan terhadap orang "asing", upacara kelahiran kembali biasanya dilakukan terhadap tamu yang dihormati, untuk menentukan pola-pola perlakuan yang layak dan efektif. Bahkan di masa lampau, untuk membenarkan kewenangan Gubernur Jenderal Van Imhoff, sebagai wakil ratu Belanda, yang mengundang raja Jawa sebagai penguasa tertinggi di Mataram, terpaksa diperlakukan sebagai Kanjeng Eyang Paduka Tuan Gubernur Jenderal yang menunjukkan senioritas dalam memelihara kesetiakawanan sosial kelompok suku bangsa itu biasanya mengembangkan simbol-simbol yang selain diyakini kebenarannya, juga mudah dikenal, seperti bahasa, adat istiadat dan agama. Walaupun tidak setiap kelompok suku bangsa mempunyai bahasa yang berbeda dengan kelompok lain, akan tetapi sesungguhnya lebih mengutamakan simbol-simbol yang membedakan dengan bahasa lainnya daripada kenyataan yang sesungguhnya dipergunakan oleh segenap anggotanya. Betapapun masing-masing suku bangsa merasa bahwa mereka memiliki simbol-simbol tertentu yang diyakini perbedaannya dengan simbol-simbol suku bangsa lainnya, dan berfungsi sebagai media sosial yang memperkuat kesetiakawanan sosial Antropologi Kontekstual XI SMA/MA Program BahasaSelain itu banyak di antara suku-suku bangsa dan golongan sosial yang terlibat dalam interaksi lintas budaya secara serasi dan bahkan melahirkan suku-suku bangsa baru sebagai hasil amalgamasi ataupun asimilasi. Salah satu bentuk amalgamasi yang melahirkan suku bangsa baru adalah yang terjadi di Batavia. Penduduk setempat yang berdatangan dari berbagai tempat dengan keanekaragaman latar belakang kebudayaan mereka itu berhasil mempersatukan diri sebagai orang Betawi yang dipimpin oleh Muhammad Husni Thamrin pada tahun 1923. Masing- masing kelompok suku bangsa maupun golongan yang ada menanggalkan simbol-simbol kesukubangsaan mereka dan kemudian mengembangkan simbol-simbol kesukubangsaan baru yaitu agama Islam sebagai media sosial yang memperkuat kesetiakawanan yang berusaha memenangkan simpati dari rakyat Indonesia, terutama dengan memaksakan penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi maupun dalam pergaulan sosial sehari-hari. Pengaruh kebijaksanaan tersebut sangat besar artinya dalam pengembangan budaya yang mencerminkan kesetaraan pada masyarakat Indonesia selanjutnya. Keputusan untuk memberlakukan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi itu bukan hanya mengukuhkan media sosial yang diperlukan melainkan juga mematahkan salah satu lambang arogansi sosial. Jasa lain yang tidak boleh diabaikan adalah pembentukan organisasi rukun tetangga RT sebagai komunitas lokal yang mempersatukan segenap warganya tanpa memandang asal usul kesukubangsaan, golongan maupun latar belakang kebudayaannya. Konsep ketetanggaan inilah yang selanjutnya akan memainkan peranan penting dalam menciptakan arena sosial yang dapat menjamin kebutuhan akan rasa aman warganya, bebas dari kecurigaan dan prasangka kesukubangsaan, golongan maupun perbedaan itu kebebasan berkreasi perlu ditegakkan untuk memberdayakan masyarakat majemuk Indonesia yang mempunyai keanekaragaman kebudayaan. Dengan kebebasan berkreasi itu bukan hanya masyarakat Indonesia akan meningkat kemampuannya untuk bersaing dalam era globalisasi, melainkan juga dapat menghindarkan kecenderungan dominasi suku-suku bangsa dan kebudayaan-kebudayaan Indonesia lainnya. Sebagai contoh dapat dikemukakan betapa sesungguhnya proyek pencetakan sejuta hektar sawah lahan gambut yang telah dibatalkan itu sesungguhnya dapat menjurus ke arah dominasi kebudayaan petani sawah dari Jawa yang dipaksakan kepada orang Dayak dan kebudayaannya yang dianggap kurang sesuai dengan arah dan Keanekaragaman BudayaSelain itu pengembangan model pendidikan yang menggunakan wacana multikultural sangat diperlukan untuk menanamkan nilai-nilai pluralitas bangsa. Sikap simpati, toleransi dan empati akan tertanam kuat karena melalui pendidikan multikultural ini masyarakat menyadari adanya perbedaan sekaligus mengantarkan pada penghayatan nilai-nilai kebersamaan sebagai dasar dan pandangan hidup bersama. Pendidikan multikultural mampu mempertahankan simbol-simbol kebudayaan yang ada di tanah air sehingga masa depan bangsa akan berjalan sesuai karakter dan jati diri bangsa. Perlunya pengakuan kebudayan Indonesia yang tinggi dibanding kebudayaan asing lainnya merupakan simbol yang seharusnya dibangun untuk memperkokoh jati diri dan kepribadian bangsa. Seiring dengan perkembangan globalisasi dunia, pendidikan multikultural sangat penting untuk memperkenalkan nilai-nilai budaya lokal yang tidak kalah menariknya dengan budaya kapitalisme yang ditawarkan di media-media Indonesia terdapat beragam budaya yang berbeda-beda. Melalui sebuah wacana kebudayaan nasional yang mengedepankan eksistensi budaya lokal merupakan salah satu usaha untuk menghargai perbedaan budaya yang ada. Melalui kebudayaan nasional inilah budaya lokalitas tetap tumbuh dan berkembang sebagai sebuah ciri khas masyarakat Indonesia. Salah satu solusi yang mampu memberikan pemahaman keberagaman dan persamaan dalam mengembangan budaya lokal yaitu pendidikan multikultural yang memandang semua budaya lokal sama tidak adanya kelompok dominan maupun kelompok inferior sehingga terbangun sebuah jembatan komunikasi yang mampu meredam disintegrasi ini tertuang dalam pasal 32 yang menyebutkan tentang pemerintah Indonesia memajukan kebudayaan nasional. Ini merupakan sebuah komitmen besar bangsa Indonesia untuk tetap memberikan penghargaan dan eksistensi kebudayaan daerah yang masih ada. Berbagai kemajemukan ini memerlukan sebuah alternatif penyelesaian agar ke depan tidak akan menimbulkan sebuah persoalan baru seperti konflik antar suku. Oleh karena itu suatu usulan pengembangan dalam kemajemukan Indonesia adalah42 Antropologi Kontekstual XI SMA/MA Program Bahasa 42 Antropologi Kontekstual XI SMA/MA Program BahasaSebagai negara yang terdiri dari berbagai elemen budaya yang berbeda memunculkan berbagai konflik dan ketegangan karena adanya berbagai perbedaan dalam segala hal seperti bahasa, kepercayaan, perilaku maupun ras. Ini memang menjadi tantangan dan tanggungjawab pemerintah Indonesia untuk mengembangkan konsep relativisme budaya yaitu persamaan dalam memandang kebudayaan sehingga mampu meminimalisir konflik.
.